Menurutnya, kerajinan akar pohon bisa menjadi tren, sekaligus peluang bisnis yang menjanjikan. Bahkan memiliki nilai ekonomis, karena
barangnya lebih tahan lama. Jadi bisa diwariskan kepada anak cucu. Selain akar jati, Teguh juga memanfaatkan maoni
akar, kelapa, dan akar saman. Akarnya dibentuk sedemikian rupa seperti alat rumah tangga dengan nilai artistik. "Ada ratusan
dari tahun-tahun material atau akar, "kata Teguh, yang ditemui oleh Suara Merdeka di kediamannya, Jalan Kebumen-Banjarnegara 25 km RT1 /
RW1, Desa Giritirto, Kecamatan Karanggaam, kemarin. Pesawat ini ditempati oleh Teguh Prasetyo yang juga merupakan Kepala PT
Desa Giritirto, Kecamatan Karanggayam, Kebumen. Dikatakan bahwa pengantin wanita tinggal leluhur yang panjang atau tahan lama dalam pernikahan, "katanya
menjelaskan. Teguh menjelaskan, kerajinan akar pohon membuka lapangan kerja bagi masyarakat. Barang Kuno Dia juga menyuplik naratif
dari orang-orang kuno yang menyarankan agar setiap rumah dilengkapi dengan furnitur dari kayu yang sudah tua. Filosofinya adalah
terkandung, yang kuat dalam menghadapi tantangan rumah tangga dan memiliki aura positif. Ini secara tidak langsung berkontribusi
mengurangi pengangguran Karena produksi kerajinan bernilai seni tinggi, Teguh biasanya menjual ke pecinta akar dari Rp 8
juta sampai Rp 25 juta. Misalnya saat membentuk kursi yang menyesuaikan lekuk akar. Bahkan ada akar yang terhubung
satu sama lain membentuk lingkaran yang disebut Oyod Mimang. Akar semacam itu menjadi barang antik bagi para bangsawan kerajaan. Selain itu, banyak akar
terlampir dari dua pohon. "Ini sering digunakan untuk kursi. Pohon akar yang biasanya dibiarkan membusuk, bisa diolah menjadi kerajinan
senilai seni. Bahkan bisa digunakan untuk peralatan rumah tangga, seperti meja, kursi, aksesoris ruangan, rak buku, televisi dan lemari pakaian.Baca juga:
harga plakat